Penyakit yang timbul akibat Gaya Hidup
June 29, 2009Gaya hidup pada saat sekarang ini
merupakan salah satu factor penting yang mempengaruhi kesehatan, penyakit atau
pun masalah masalah kesehatan lainya dapat di timbulkan oleh gaya hidup yang
salah. Ada beberapa hal yang sering dilewatkan dalam menjalani hidup, sehingga
akibat buruk dari kebiasaan ini akan datang mengganggu kesehatan kita. Hal ini
bisa terjadi hanya karena kebiasaan hidup yang tidak teratur, Kebiasaan
tersebut adalah antara lain melewatkan sarapan, kurang minum air putih, kurang
gerak sampai dengan ngemil snack berkalori tinggi.
Contoh-contoh lainya yang bisa
dikatakan gaya hidup modern yang dapat mepengaruhi kesehatan di antaranya ialah
mengkonsumsi Obat-obatan yang berlebihan, Merokok, Mengkonsumsi Alkohol, dan
yang lebih parah lagi adalah Mengunakan NARKOBA dan
lain lain.
Penyakit-penyakit yang muncul dari
gaya hidup yang salah ini bisa disebut sebagai penyakit degenerative yang
akhir-akhir ini menjadi pembicaraan hangat berbagai kalangan dan bukan lagi
menjadi konsumsi para dokter. Pesatnya perkembangan penyakit tersebut telah
mendorong masyarakat luas untuk memahami dampak yang ditimbulkannya.
Penyakit degeneratif adalah istilah
medis untuk menjelaskan suatu penyakit yang muncul akibat proses kemunduran
fungsi sel tubuh yaitu dari keadaan normal menjadi lebih buruk. Penyakit yang
masuk dalam kelompok ini antara lain diabetes melitus, stroke, jantung
koroner, kardiovaskular, obesitas, dislipidemia dan sebagainya.
Dari berbagai hasil penelitian modern diketahui bahwa
munculnya penyakit degeneratif memiliki korelasi yang cukup kuat dengan
bertambahnya proses penuaan usia seseorang. Meskipun begitu faktor keturunan
juga berperan cukup besar. Di Indonesia, penyakit degeneratif saat ini banyak
terjadi di kalangan masyarakat perkotaan. Penyebab utamanya adalah perubahan
gaya hidup akibat urbanisasi dan modernisasi, ujar Kasubdinas Sosial dan Info
Kesehatan Dinas Kesehatan Pemprov DKI Jakarta, drg.Tini Suryani. "Perubahan
gaya hidup ini dapat dilihat secara jelas antara lain dengan munculnya
tempat-tempat makan junk food di hampir seluruh sudut kota. Junk food adalah makanan tidak sehat karena
memiliki nilai nutrisi rendah," katanya. Jenis makanan ini mengandung lemak jenuh (saturated
fat), garam dan gula, serta bermacam-macam additive seperti monosodium
glutamate dan tartrazine dengan kadar yang tinggi. Junk food hampir tidak mengandung protein, vitamin
serta serat yang sangat dibutuhkan tubuh.
Di kota-kota besar di Indonesia junk food dijual
di berbagai pusat perbelanjaan dan pusat jajanan. Bahkan restoran jenis makanan
yang memiliki kadar kolesterol tinggi ini sudah merambah kota-kota kecil di
hampir seluruh pelosok tanah air. Di Jakarta, misalnya, tempat makan seperti
ini bisa dijumpai di seluruh sudut kota. Demikian juga di kota-kota sekitar
Jakarta seperti Bekasi, Depok, Tangerang, dan Cibubur, masyarakat dimanjakan
dengan mudahnya mendapatkan makanan serba instan bahkan gerai-gerai penjualan
makanan cepat saji menawarkan jasa pesan antar.
Pola makan makanan yang serba instan saat ini memang
sangat digemari oleh sebagian masyarakat perkotaan. Sebagai contoh, gorengan
jenis makanan murah meriah dan mudah didapat karena banyak dijual di pinggir
jalan ini rasanya memang enak. Jajanan seperti pisang goreng, tahu isi, ubi
goreng, pisang coklat (piscok), bala-bala serta banyak yang lain dengan rasanya
yang gurih, renyah, dan berharga murah, membuat orang menyukai makanan
gorengan. Namun banyak orang yang tidak tahu bahwa makanan gorengan adalah
makanan yang memiliki risiko tinggi sebagai pemicu penyakit degeneratif seperti
penyakit diabetes melitus, kardiovaskular, serta stroke.
Dr. Rustika, peneliti Balitbang Departemen Kesehatan, dalam
disertasi doktornya di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
mengatakan bahwa penyakit kardiovaskular saat ini telah menjadi pembunuh yang
cukup signifikan. Penyakit kardiovaskular adalah penyakit yang berhubungan
dengan kelainan pembuluh darah dan jantung. Di Indonesia, penderita penyakit
ini terus meningkat dan telah menjadi penyebab kematian urutan pertama untuk
orang dengan usia di atas 40 tahun. Sedangkan di negara-negara kaya penyakit
ini merupakan pembunuh utama.
Di Indonesia, angka kematian akibat penyakit ini terus
meningkat. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (National Household Health
Survey) tahun 2001 menunjukkan bahwa penyakit kardiovaskular telah menjadi
penyebab kematian paling tinggi di tahun 1992, 1995, dan 2001, padahal pada
tahun 1972 baru menempati urutan ke-11. Penyakit kardiovaskular disebabkan oleh
tingginya kadar kolesterol total, LDL, dan trigliserida serta penurunan kadar
HDL dalam darah. Peningkatan ini diakibatkan oleh dampak modernisasi yang
mengubah perilaku sebagian masyarakat Indonesia menjadi pengonsumsi makanan
yang rendah serat dan tinggi lemak.
Lebih lanjut hasil penelitian Dr. Rustika menunjukkan bahwa dari 29,70 gram per hari asam lemak
jenuh yang dikonsumsi oleh masyarakat, hanya 20% di antaranya atau 5,93 gram
per hari yang berasal dari makanan non-gorengan. Sementara 80% lainnya atau
23,77 gram per hari berasal dari makanan gorengan, setara dengan tiga potong
jenis makanan gorengan lauk dan lima potong makanan selingan atau dua potong
lauk dan delapan potong makanan selingan. "Kebiasaan memakan makanan
gorengan yang berlebihan berbahaya bagi kesehatan, terutama penyakit
degeneratif," ujar Rustika.
Penyakit degeneratif yang tidak menular ini sejak
beberapa dasawarsa silam telah menjadi permasalahan yang cukup serius bagi
banyak negara di seluruh dunia. World
Health Organization (WHO) mengatakan bahwa penyakit degeneratif ini telah
menambah peliknya kondisi kesehatan sebagian negara di dunia, yang selama ini
telah dihimpit permasalahan banyaknya kasus penyakit menular dan infeksi yang
tergolong non degeneratif. Lembaga ini juga mengatakan bahwa banyak negara
mengalami kerugian hingga miliaran dolar akibat penyakit degeneratif. Oleh
karena itu dibutuhkan langkah konkret untuk menanggulanginya.
Masih menurut WHO, hingga akhir tahun 2005 saja penyakit
degeneratif telah menyebabkan kematian hampir 17 juta orang di seluruh dunia.
Jumlah ini menempatkan penyakit degeneratif menjadi penyakit pembunuh manusia
terbesar. Jumlah terbesar kematian ada di negara-negara dengan pendapatan nasional
rendah hingga tinggi. Dalam laporan itu disebutkan ada sembilan negara dengan
korban terbesar. Negara-negara tersebut adalah Brasil, China, India, Inggris,
Kanada, Nigeria, Pakistan, Rusia dan Tanzania. Seperti masalah kesehatan pada
umumnya, penyakit degeneratif juga sangat mempengaruhi banyak faktor dalam
kehidupan manusia. Sektor yang paling dipengaruhi adalah sektor ekonomi, karena
penyakit ini sangat mempengaruhi produktivitas kerja seseorang.
Laporan terbaru WHO mengatakan bahwa pendapatan tiga negara
yang memiliki penderita penyakit degeneratif terbesar yaitu China, India dan
Rusia, hingga 10 tahun ke depan diperkirakan dapat mengalami kerugian hingga
ratusan miliar dolar. Ini baru dari empat jenis penyakit saja, yaitu stroke,
jantung, kanker dan diabetes. WHO Lebih lanjut menyatakan sebanyak satu miliar
orang di seluruh dunia saat ini menderita kegemukan, suatu keadaan yang bisa
memicu berbagai penyakit degeneratif. Jumlah ini diperkirakan naik menjadi 1,5
miliar pada tahun 2015.
Bermacam-macam pendekatan diajukan oleh berbagai
kalangan. Dua di antaranya adalah mengusulkan pengurangan penggunaan garam pada
berbagai makanan olahan yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan produsen
makanan olahan serta pengenaan pajak yang lebih tinggi terhadap produk rokok.
Salah satu penyakit degeneratif yang banyak menimpa adalah diabetes militus.
Penyakit ini merupakan penyakit degeneratif non infeksi yang bersifat menahun
akibat tingginya kadar glukosa dalam darah. Penyakit diabetes sangat berbahaya
karena dapat menyebabkan munculnya penyakit-penyakit lain yang lebih berbahaya
seperti jantung, ginjal dan kebutaan.
Dr. Joko Triharto -seorang dokter ahli penyakit dalam- dalam sebuah
kesempatan mengatakan bahwa diagnosis penyakit secara dini adalah cara terbaik
untuk menghindari penyakit diabetes melitus yang berkepanjangan. "30% penyebab penyakit diabetes
melitus adalah faktor keturunan. Penderita berusia 15 tahun ke atas sekitar
1,2-2,3% dan angka ini cenderung meningkat seiring dengan tingkat pertumbuhan
ekonomi," kata Dr. Joko.
Seperti juga para ahli lainnya, ia juga mengatakan ada tiga cara pencegahan
penyakit yang masuk kelompok degeneratif ini. Ketiga cara itu adalah melakukan
pola makan yang baik yaitu tidak makan makanan berlemak seperti junk food
serta makanan berkolesterol lainnya, melakukan olahraga teratur, serta tidak
merokok. Untuk kelompok dengan risiko tinggi yaitu orang dengan usia di atas 45
tahun, memiliki orang tua yang mengidap penyakit diabetes, serta memiliki berat
badan berlebih, ketiga cara di atas harus ditambah dengan pemeriksaan kesehatan
secara teratur.
Penyakit degeneratif dapat dicegah dengan cara
meminimalkan faktor-faktor risiko penyebabnya. Faktor-faktor risiko ini
sebenarnya telah diketahui secara luas oleh hampir semua kalangan masyarakat.
Faktor-faktor risiko utama penyebab penyakit degeneratif adalah pola makan yang
tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, serta konsumsi rokok. Ketiga faktor risiko ini meningkat seiring
dengan perubahan kebiasaan makan masyarakat, ke arah konsumsi makanan tinggi
lemak dan gula, dan jenis pekerjaan yang tidak banyak mengeluarkan tenaga (sedentary).
Posted by hermansyah husaini. Posted In : healthy